Sejarah

Sejarah Perkembangan Agama Buddha Di desa Alasangker


          Desa Alasangker Merupakan salah satu desa yg Berada di Kecamatan Buleleng , kabupaten Buleleng.Desa yang penduduknya lebih banyak menyandarkan hidup dari hasil pertanian ini sebenarnya merupakan desa yang cukup ramah dan membuat setiap orang yang datang merasa senang untuk mengunjunginya. Desa yang di kelilingi oleh persawahan ,dan ladang ladang penduduk menambah indahnya pemandangan didesa Alasangker.

            Di era tahun 70 an ada beberapa orang tua yang sangat menyukai sebuah kegiatan megeguritan yaitu sejanis menyanyi dalam bahasa kawi .Geguritan yang mereka senangi pada waktu itu khususnya geguritan Sucita . Geguritan ini merupakan karya sastra yang berisikan ajaran –ajaran kesusilaan yang bersumber pada ajaran Buddha. Untuk diketahui geguritan Sucita ini di karang oleh Alm.Ida bagus Ketut Jelantik ( Paman Dari Alm .YM.Bhante Giri rakkhito Maha thera.).Para penghobi geguritan ini adalah juga merupakan penganut Hindu aliran Siwa jati, dimana sebagai pembimbing yg sangat terkenal pada saat itu sebagai pembimbing spiritual adalah Alm. Ketut SriMadya dari desa Petandakan. Pada hari-hari tertentu mereka dengan tekun menjalankan latihan  Tapa, brata yoga  Semadhi. Mereka sering pergi ketempat – tempat yang dianggap keramat.
Nah dalam perjalanannya para penekun sastra ini mulai ada yang belajar meditasi ke Brahma Vihara air panas banjar.Dari sini masyarakat diluar kelompok ini  mulai menyarangkan tudingan kepada mereka dengan bermacam –macam merek diantaranya:

1.Mereka dianggap sebagai PKI gelap sehingga tak sedikit diantara orang tua ini sempat di inapkan di koramil,namun setelah di intrograsi mereka dibebaskan lagi.Tudingan itu terjadi karena memang beberapa dari mereka pernah ikt disalah satu partai terlarang dan mereka pun tidak mengerti samasekali apa itu politik.

2. Mereka dianggap sebagai ular berkepala dua karena mereka masih beragama hindu tapi belajar agama Buddha di banjar, sehingga mereka dikeluarkan dari anggota dadia dimasing-masing keluarga mereka. Para orang tua ini hidupnya merasa seperti dalam tekanan, sikap apa yang harus mereka jalankan. Bersyukur pada saat itu mereka mendapat guru yang bijak sana yaitu Alm.Sri pandita Buddharakhita dari desa beratan dan Alm.YM.Bhante Girirakkhito Mahathera.Dari bimbingan beliau itulah akhirnya terjadi keputusan bulat yaitu sikap menyatakan diri sebagai Umat Buddha.

Pada tanggal 24 April 1974 para sesepuh /para orang tua kelompok siwa jati dari tiga desa yaitu desa  Alasangker, Petandakan , Penglatan secara bulat mengikrarkan diri sebagai penganut Buddha dharma perisitiwa ini terjadi dib alai masyrakat banjar Alasangker. Dalam mentakan diri sebagai umat Buddha ini di resmikan langsung Oleh Alm.YM bhante Girirakkhito . dihadiri dari jajaran Muspika kecamatan buleleng dan Muspida. Maka sejak itu Agama Buddha Dharma mulai berkibar didesa Alasangker , Petandakan. Dan penglatan. Sebenarnya pada saat itu modal keyakinan pada agama Buddha dikalangan umat belum ada. Yang ada adalah rasa takut dan meminta perlindungan. Untung pada saat itu jubah lembut sang samana YM.Bhante Giri yang menjadi anggota MPR mampu melindungi merka di ketiga desa saat itu.

             Tentu saja akibat dari pengambilan sikap ini ada reaksi dari pihak desa adat Alasangker pada saat itu diantaranya.

1 Secara otomatis dikeluarkan dari hak dan kewajiban keanggotaan desa /banjar adat.
2.Dilarang keras masuk areal suci .pura apapun alasannya.apabila itu dilanggar maka akan dikenakan sanksi.
3.Setiap bulan wajib membayar sewa tanah yg ditempati untuk perumahan.karena rumah-rumah yg ditempati oleh umat Buddha saat itu adalah tanah desa yg diklaim sebagai milik desa adat. Hal ini hingga sekarang masih berjalan.
4 Yang paling tragis bahwa petani yg beragama Buddha pernah tidak dibeikan air untuk irigasi sawah. Tapi hal itu tidak berlangsung lama.

Pada  masa perjuangan ini ada beberapa nama yg kami sering sebut sesepuh diantaranya sebagai ketua umat Buddha Bapak Nyoman Sowara. Didampingi oleh para sesepuh yang lain diantaranya ; nengah Sukrenada, Nyoman Wijana, Nengah Renga, Wayan sowanda, Ketut sowaca, Ketut Budiarta. Ketut Sorja, dan ketut Koyan.sedangkan untuk didesa Petandakan ada beberapa nama  Alm.Ketut Sri madya , Alm.Drs Ketut Kerapta, Ketut Sowela. Dan di Penglatan Ada Nama Putu Merta.

         Dalam perjalanan perkembangannya beberapa peristiwa sempat mewarnai kehidupan umat Buddha diAlasangker :

1 Persitiwa Kuburan, umat Buddha tidak diperbolehkan mengubur mayat di pekuburan desa Adat Hindu. Sehingga pada tahun 1974 ada seorang umat meninggal dunia yaitu anaknya Bapak Nyoman Terus. Begitu mau mau dikubur, disepanjang jalan dihadang oleh sekelompok orang yang menghunus senjata. Kembali hadir YM. Bhnate Giri dengan Kibasan jubah yg Bijaksana bisa meredam permasalahan pertumpahan darahpun terhindarkan. Sebagai alternative akhirnya dengan segala sukarela keluarga Bpaka Budiarta menyumbangkan sebidang tanah untuk dijadikan kuburna umat Buddha hingga kini menjdai Krematorium lokasi sekarang 50 meter dari Vihara Giri Manggala.

2. Berikutnya ada suatu peristiwa yg sangat memilukan hati . disini masalah pribadi sering di kaitkan dengan masalah umum. Dimana sengketa rumah bapak Putu Ngetis dgn keluarganya yg berakiibat rumahnya diratakan dgn tanah oleh massa. Lalu berlanjut hal serupa juga terjadi pada rumah keluarganya Bapak Nyoman supatia juga di rusak warga.

Pada saat perkembangan umat Buddha saat itu belum memiliki tempat ibadah, lalu Bapak ketut Sowaca Merelakan Rumahnya dijadikan Cetiya dari tahun 1974 sampai tahun 1994 dengan nama Cetiya Giri Manggala. Diberi nama oleh Alm. Sri pandita Buddha Rakhita.Beliau sering membimbing umat Buddha di Alasangker bergantian dengan Drs Putu Adnyana Yadnya dengan setia ditemani oleh sepeda motor Honda 70.yang sekarang menjadi Bhante Jaya Dhammo. Beliau selain membimbing umat juga mengajar murid murid yang bersekolah tingkat SMP /SMA dengan rela rumah beliau yg di Banyuasri jadi markas ulangan bagi anak –anak siswa yg beragama Buddha.

           Pada tahun 1975/1978 umat Buddha ketiga desa itu sering datang bergotong royong ke brahma Vihara Arama  yang pada tahun 1976 sehari setelah peresmian di porak porandakan oleh Gempa bumi. Namun semangat umat di ketiga desa semakin bera api mereka secara bergotong royong  mebangun vihara didesa Petandakan tanpa kenal lelah.  Yang sekarang vihara itu bernama Vihara Samyag Darsana. Diresmikan pada tahun 1978.Setiap hari hari besar agama Buddha  pertama melakukan persembahyanagn di vihara samyag Darsana lalu besoknya kami pergi ke vihara banjar itu istilah kami pada masa itu. Lalu pembangunan Berlanjut di desa Penglatan lagi Umat ketiga Desa bersatu padu bergotong royong membangun cetiya yang selanjtnya bernam,a Vihara Samyag Dresti.

Nah Bagaimana dengan Umat Buddha didesa Alasangker? Akhirnya pada tahun 1990 anatar generasi tua dan generasi Muda membulatkan tekad untuk bisa memiliki sbuah Vihara, Membangun Vihara dana dari mana? Jalan mulai dirintis di awali dengan bergotong royong mengumpulkan Batu dari sungai lalu setelah batu terkumpul lalu dijual.dari Hasil penjual batu itu baru terkumpul dana walau sedikit tapi itulah usaha . Bapak Nyoman Sowara yg didampingi oleh Alm.Wayan Sowanda mengerahkan umat untuk tetap semangant bergotong royong . tak peduli anak-anak maupun remaja atau dewasa semua bertekad bergotong royong.disamping itu umat juga sempat membuat batu bata lalu dijual agar bisa memiliki dana. Dan perlu diketahui pada saat itu perekonomian umat Buddha benar2 di bwah garis kemiskinan. Lalu setelah dikira cukup dana yang yg terkumpul barulah mulai mencari lokasi vihara dari ujung selatan banjar Alasangker sampai ujung utara tanah yg di tawar ga ada yg mau menjual kalau dipakai vihara. Hal ini terbukti setelah beberapa kali hampir jadi walau sudah dipersekot  akhirnya sipemilik tanah membatalkan menjual tanahnya. Usut punya usut ternyata masih ada orang yg tidak setuju kalau di alasangker ada Vihara. Akhirnya panitia dapat membeli sebidang tanah yang menurut mitos masyrakat setempat sebagi tanah yang sangat angker.jadilah tanah itu lokasi vihara. Beberapa waktu kemudian berkunjunglah YM.Bhante Uttma pada saat itu bhkkhu yg paling pertama mengunjungi lokasi Vihara. Lalu dilakukan pemberkatan tidak lama kemudian dapat lagi membeli tanah diatasnya sehingga areal makin luas .
      
            Akhirnya Pada tanggal 20 mei 1993 dilakukan peletakan batu pertama yang dipimpin oleh Alm YM.Bhante Girirakkhito Mahathera. Setalah itu mulai berdatangana para donator dari  seluruh Bali . Pada tahun 1996 proyek pembangunan Mahacetiya Girimanggala mendapat kunjungan dari bhikkhu sangha thailan yg di pimpin YM Bhante Wongsin beliau berjanji menyumbang Buddha rupang. Akhirnya pada tanggal 25 oktober 1998 atas kerja sama seluruh lapisan umat budddha di seluruh bali diadakan buddhabhishheka di mahacetiya Girimanggala. Acara ini juga didukung spenuhnya oleh masyrakat Desa alasangker /saudara saudara kami yang beragama Hindu turut serta ambil bagian dalam kegiatan ini. Sejak saat itu kebersamaan dengan saudara kita umat hindu terjalin sangat erat hingga sekarang. Demikian akhirnya Mahacetiya Girimanggala akhirnya berubah nama menjadi VIHARA GIRI MANGGALA . Perlu penulis tekankan didini sebagi umat Buddha yg lahir dari bimbingan Alm>Bhante Giri Jangan sampai melupakan sejarah walau saat  kita umat Buddha alasangker sudah memiliki pergaulan begitu luas semua itu belumlah berarti karena dibalik semua itu Nama besar Alm .Bhante Giri masih melidungi kita hingga sekarang dalam bahasa Bali( De Gati Engsap Ajak Kawitan) Dan Yang paling penting untuk dicatat Vihara Giri manggala berdiri atas dasar kepentingan bersama dan hasil keringat semua umat untuk itu perlu keterusterangan  dan keterbukaan dalam menjalankan roda organisasi.
Sekian kurang lebihnya penulis mohon maaf. Bila ada hal yg ingin di tambahkan silahkan kirim komentar anda. Di blog kami :www.girimanggala.blog.com